Holy Grandeur Enough for All

Authors

  • Novriana Gloria Hutagalung Sekolah Tinggi Filsafat Theologi Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.21460/gema.2017.22.317

Keywords:

Holy Grandeur, Sophia, ecotheology, Eastern Orthodox, holy beauty

Abstract

Abstract

Natural degradation is not merely a competition between ecology and economy. The destruction of nature is closely related to religiosity and human relationships to fellow human beings, the environment, and God. Ecotheology becomes a self-criticism of the classical doctrines of Christianity, which are considered to exalt humankind as the “crown of creation” and marginalize non-human creatures as commodities of economic value for human interests. Ecotheology seems to have talked too often about damaged nature, or even
extinct plants or animals, and forgetting the other side of the bountiful biodiversities, which is the holy beauty of nature. Ecotheology needs to ponder that God, the Holy Grandeur, who manifests the cosmic wisdom in the beauty of all creation, is enough for all. 

 

Abstrak

Degradasi alam bukan semata-mata persaingan antara ekologi dan ekonomi. Kerusakan alam sangat terkait dengan religiositas dan relasi manusia terhadap sesama manusia, lingkungan sekitar, dan Allah. Ekoteologi menjadi sebuah otokritik atas doktrin-doktrin klasik Kristen yang dianggap telah meninggikan manusia sebagai ciptaan termulia dan meminggirkan ciptaan non-manusia sebagai komoditas bernilai ekonomis bagi kepentingan manusia. Ekoteologi tampaknya terlalu sering berbicara mewakili alam yang rusak, tumbuhan, dan hewan-hewan yang telah punah atau bahkan rusak, dan melupakan sisi lain dari
keanekaragaman alam semesta, yakni keindah-kudusan alam itu sendiri. Ekoteologi perlu merenungkan bahwa Allah, Sang Semarak Kudus, yang memanifestasikan hikmat-kosmis dalam keindah-kudusan seluruh ciptaan, cukup untuk segala ciptaan dalam kelimpahruahan. 

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

30-10-2017