Manusia di Zaman Digital?: Berteologi Kontekstual dalam Fenomena Kemajuan Zaman – Jagat Media untuk Melihat dan Mengurangi Rasa Eksklusivitas Pada Manusia Zaman Digital: Upaya Bersolider Bersama Sang Liyan
DOI:
https://doi.org/10.21460/aradha.2022.23.1161Abstract
Abstract
The advanced era provides lots of benefits for humans, all needs can be easily achieved. The advancement of the era has brought about a major change in human civilization: the existence of humans that was once seen from how he was in reality to others, now turns into a human existence that is present virtually. The change in existence is referred to as “Homo Sapiens to Homo Digitalis”. The diversity of human beings supports them in the process of changing their existence, where humans show their identity and presence through the process of ‘clicking’ - uploading what is displayed from themselves to other humans as a form of their presence; that’s when humans exist. The ‘clicking’ activity makes humans exclusive. Homo Digitalis is present in an unreality, they are no longer present in person but present in the virtual. Such humans are present in the deceptions of algorithms and consider them to be real. The deceptions of digitalization has a dangerous impact on the homo digitalis. Negative things appeared from the change of homo sapiens into homo digitalis. They will act unfairly and crimes to equip themselves to always be homo digitalis, obviously it will be detrimental. The sense of exclusivity that appeared will also harm and even destroy the order of the Me with other relationships when homo digitalis will objectify other homo digitalis. The human phenomenon in this digital age will be explained through the process of contextual theology using Stephen B Bevans’ Anthropology Model. This study is an effort to reduce the sense of self-exclusivity in digital homo, as an effort to be with the other - other digital homo. The process of contextual theology will also show that God is also present in the activity of ‘clicking’, God is present in the change of human existence.
Abstrak
Zaman yang semakin maju memberi banyak kemudahan bagi manusia, segala kebutuhan dapat dengan mudah diraih. Kemajuan zaman tersebut sampai membawa perubahan besar dalam peradaban manusia: eksistensi manusia yang dulunya terlihat dari bagaimana dirinya berada dengan nyata terhadap yang lain, sekarang berubah menjadi eksistensi manusia yang hadir secara maya. Perubahan eksistensi tersebut disebut sebagai “Homo Sapiens menuju Homo Digitalis”. Kepelbagaian dari diri manusia mendukungnya dalam proses perubahan eksistensi tersebut, dimana manusia menunjukkan jati diri dan kehadirannya melalui proses ‘meng-klik’ – mengunggah apa yang terpampang dari dirinya kepada manusia lain sebagai wujud kehadirannya; saat itulah manusia bereksistensi. Kegiatan ‘meng-klik’ tersebut membuat manusia menjadi eksklusif. Homo Digitalis hadir dalam sebuah ketidaknyataan, mereka tidak lagi hadir secara langsung melainkan hadir secara maya. Manusia yang seperti itu hadir dalam tipuan-tipuan algoritma
dan menganggap hal tersebut adalah yang real. Tipuan dari digitalisasi itu membawa dampak berbahaya pada si homo digitalis. Hal negatif muncul dari perubahan homo sapiens menjadi homo digitalis. Mereka akan melakukan kecurangan dan kejahatan demi memperlengkapi dirinya agar selalu menjadi homo digitalis, jelas itu akan merugikan. Rasa eksklusivitas yang timbul juga akan mencelakakan bahkan merusak tatanan relasi kehidupan Aku-Sesama, dimana homo digitalis akan mengobjekkan homo digitalis yang lainnya. Fenomena manusia di zaman digital ini akan dikaji melalui proses berteologi kontekstual dengan menggunakan Model Antropologi milik Stephen B Bevans. Kajian ini sebagai salah satu upaya dalam mengurangi rasa eksklusivitas diri pada homo digitalis, sebagai upaya bersolider bersama sang liyan – homo digitalis yang lain. Proses berteologi kontekstual ini juga akan menunjukkan bahwa Allah juga turut hadir dalam kegiatan ‘meng-klik’, Allah hadir dalam perubahan eksistensi manusia.