Meretas Mitologi Lumimuut-Toar: Analisis Etika Perdamaian dalam Mengukir Kesetaraan Gender Masyarakat Minahasa di Indonesia

Authors

  • Febriani Pincerulyna Tarigan Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.21460/aradha.2023.32.1285

Keywords:

gender inequality, lumimuut-Toar mythology, Minahasa society, patriarchy, theory of moral foundation, feminist relational ethics, ketidaksetaraan gender, mitologi Lumimuut-Toar, masyarakat Minahasa, patriarki, teori Landasan moral, etika relasional feminis

Abstract

Abstract
The Minahasa people, like most regions in Indonesia, are influenced by a patriarchal culture that results in inequality in behavior, status, and authority between men and women. This phenomenon is seen in various aspects of life such as political, social, and cultural, where women are often placed in subordinate positions. However, the traditional mythology of Minahasa, Lumimuut-Toar, shows the important role of women in the sustainability of society. This paper discusses ethical dilemmas in the context of Minahasa society through Jonathan Haidt's theoretical approach to Moral Foundations and Feminist Relational Ethics.  Haidt offers a moral foundation that can be used to assess the injustice and discrimination experienced by Minahasa women, while Feminist Relational Ethics highlights the importance of interpersonal relationships and fair social structures in efforts to overcome gender oppression. The conclusion of this paper is the importance of reinterpreting the mythology of Lumimuut-Toar as a tool to achieve gender equality in Minahasa society, as well as encouraging women's awareness to be actively involved in structures and institutions to create better justice and equality.

Abstrak
Masyarakat Minahasa, seperti kebanyakan wilayah di Indonesia, dipengaruhi oleh budaya patriarki yang mengakibatkan ketimpangan dalam perilaku, status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan. Fenomena ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, dan budaya, di mana perempuan seringkali ditempatkan dalam posisi subordinatif. Namun, mitologi tradisional Minahasa, Lumimuut-Toar, menunjukkan peran penting perempuan dalam keberlangsungan masyarakat. Makalah ini membahas dilema etis dalam konteks masyarakat Minahasa melalui pendekatan teori Landasan Moral Jonathan Haidt dan Etika Relasional Feminis. Haidt menawarkan landasan moral yang dapat digunakan untuk menilai ketidakadilan dan diskriminasi yang dialami perempuan Minahasa, sementara Etika Relasional Feminis menyoroti pentingnya hubungan interpersonal dan struktur sosial yang adil dalam upaya mengatasi penindasan gender. Kesimpulan dari makalah ini ialah pentingnya reinterpretasi mitologi Lumimuut-Toar sebagai alat untuk mencapai kesetaraan gender dalam masyarakat Minahasa, sekaligus mendorong kesadaran kaum perempuan untuk aktif terlibat dalam struktur dan institusi guna menciptakan keadilan dan kesetaraan yang lebih baik.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2024-10-19