Tokenisme Daud dan Mefiboset terhadap Teman Tuli di Komunitas Pantomim Kota Magelang
DOI:
https://doi.org/10.21460/aradha.2023.32.1268Keywords:
disability, deaf community, tokenism, David and Mephibosheth, disabilitas, teman tuli, tokenisme, Daud dan MefibosetAbstract
Abstract
The story of Mephibosheth and David in 2 Samuel 9 tells of King David providing the best facilities for Mephibosheth, a descendant of Saul and Jonathan, as a way to honor his friendship with Jonathan. David gave Mephibosheth land and ordered the servant Ziba to work it, ensuring Mephibosheth had a source of income. However, through narrative and ideological critique, questions arise about David’s true motives. Was this purely a kind act from King David, or was it tokenism to enhance the grandeur of David’s kingdom? This study also references the book “Disability Studies and the hebrew bible: Figuring Mephibosheth in the David Story” to examine societal realities regarding the rights of people with disabilities to decent work. a special focus is given to deaf individuals working in the pantomime performing arts in Magelang. Using interview data from a deaf disability activist and the founder of a pantomime community in the city, this study aims to reveal whether the right to decent work for people with disabilities is fulfilled or still entangled in tokenism.
Abstrak
Teks Mefiboset dan Daud dalam 2 Samuel 9 mengisahkan Raja Daud yang memberikan fasilitas terbaik bagi Mefiboset, keturunan Saul dan Yonatan, sebagai bentuk penghormatan terhadap persahabatannya dengan Yonatan. Daud memberikan tanah dan memerintahkan hamba Ziba untuk mengolahnya, sehingga Mefiboset tetap memiliki sumber penghasilan. Namun, melalui kritik naratif dan ideologi, muncul pertanyaan mengenai motif sebenarnya di balik tindakan Daud. Apakah hal ini murni niat baik dari Raja Daud atau bersifat tokenisme untuk memperbesar citra Kerajaan Daud yang megah? Penelitian ini juga mengacu pada buku “Disability Studies
and the Hebrew Bible: Figuring Mephibosheth in the David Story” untuk menelaah realitas masyarakat terkait hak penyandang disabilitas atas pekerjaan layak. Fokus khusus diberikan pada penyandang disabilitas teman tuli yang bekerja di bidang seni pertunjukan pantomime di Kota Magelang. Dengan data wawancara dari seorang pegiat disabilitas tuli dan pendiri komunitas pantomime di kota tersebut, penelitian ini bertujuan mengungkap apakah hak atas pekerjaan yang layak bagi penyandang disabilitas telah terpenuhi atau masih terjebak dalam nuansa tokenisme.