Melampaui Kedukaan: Analisis Strategi Coping Terhadap Perilaku Naomi dalam Kitab Rut 1:1-22
DOI:
https://doi.org/10.21460/aradha.2025.52.1420Keywords:
Naomi, stress, Lazarus and Folkman’s coping strategies, problem-focused coping, emotion-focused coping, Ruth 1:1-22, stres, strategi coping Lazarus dan Folkman, Rut 1:1-2Abstract
Abstract
This article analyzes the character of Naomi in the Book of Ruth 1:1-22 through the coping strategies developed by Richard Lazarus and Susan Folkman. Naomi, who experienced the loss of her husband and two sons, faced a deep and complex crisis. This paper highlights how Naomi applied emotion-focused coping, which is a stress management strategy that focuses on managing emotions rather than eliminating or changing the problems that cause stress directly. This strategy is evident in Naomi’s behavior of releasing her two daughters-in-law for their own good and openly acknowledging her feelings about the bitter events, referring to herself as “Mara.” The analysis shows that although Naomi cannot change the tragic circumstances she is experiencing, she is able to express her emotions honestly and create space for inner healing. Through Naomi’s story, coping does not always have to be solution-oriented toward problems but can involve acceptance, emotional processing, and the reconstruction of meaning regarding the events or issues experienced. Naomi’s story also reflects that the grieving process is an emotional and cognitive journey that can lead to personal growth and transformation.
Abstrak
Tulisan ini menganalisis tokoh Naomi dalam Kitab Rut 1:1-22 melalui strategi coping yang dikembangkan oleh Richard Lazarus dan Susan Folkman. Naomi, yang mengalami kehilangan suami dan kedua anaknya, menghadapi krisis yang mendalam dan kompleks. Tulisan ini menyoroti bagaimana Naomi menerapkan emotion-focused coping, yaitu strategi penanganan stres yang berfokus pada pengelolaan emosi, bukan pada menghilangkan atau mengubah masalah yang menjadi penyebab stres secara langsung. Strategi ini tampak dalam perilaku Naomi yang
melepaskan kedua menantunya demi kebaikan mereka dan pengakuan atas perasaannya secara terbuka terhadap peristiwa pahit, dengan menyebut dirinya “Mara”. Analisis ini menunjukkan bahwa meskipun Naomi tidak mampu mengubah keadaan tragis yang dialaminya, ia mampu menyalurkan emosinya secara jujur dan menciptakan ruang untuk pemulihan batin. Melalui kisah Naomi, coping tidak selalu harus bersifat solutif terhadap masalah, tetapi dapat berupa penerimaan, pengolahan emosi, dan rekonstruksi makna atas peristiwa atau masalah yang
dialami. Kisah Naomi juga menjadi refleksi bahwa proses berduka merupakan perjalanan emosional dan kognitif yang dapat mengarah pada pertumbuhan dan transformasi pribadi.