Pembebas di Antara Mereka yang Terancam: Mendialogkan Filosofi Ruwatan dengan Teologi Pendamaian dalam 1 Yohanes 2:2 dan 1 Yohanes 4:10
DOI:
https://doi.org/10.21460/aradha.2021.11.648Keywords:
ruwat, ruwatan, hilasmos, redemptive, 1 JohnAbstract
Abstract
The "ruwatan" ritual is a Javanese tradition that is still widely practiced in various regions. Many studies have been carried out by academics to examine the aspects contained in this tradition. This paper presents the analysis of the transcription of the "ruwatan" text performed by the puppeteer Ki Timbul Hadiprayitno to find the messages contained in it and then compared to 1 John 2: 2 and 1 John 4:10. The transcription of "ruwatan" by Ki Timbul Hadiprayitno was chosen because the script is complete and has been published. Meanwhile, the verses of 1 John 2: 2 and 1 John 4:10 were chosen because only these two verses in the New Testament contain the word "ruwat". The analysis was carried out on both sides, namely the whole transcription of "ruwatan" with its incantations and those verses by exploring the theological background that underlies these two verses' emergence. The word "ruwat" found in both verses is the equivalent of the word ἱλασμός ("hilasmos") in Greek. Based on the analysis on both sides of the text, then the church's contextualization was determined. From the results of this study, it can be concluded that the word "ruwat" and the word ἱλασμός ("hilasmos") do not adequately describe the work of Jesus as described in the text of 1 John. There is even a contradiction related to the violence that Batara Guru inflicts on humans compared to God's love for humans. Furthermore, it was found that the word "ruwat" for the equivalent of the word "hilasmos" was not entirely appropriate. However, there is an opportunity to use the "ruwatan" philosophy in introducing the redemptive work of Jesus based on the meaning of "hilasmos" in the text of 1 John.
Abstrak
Ritual ruwatan merupakan tradisi masyarakat Jawa yang masih banyak dilakukan di berbagai daerah. Banyak penelitian telah dilakukan oleh para akademisi untuk mengaji aspek-aspek yang terkandung dalam tradisi ini. Tulisan ini menyajikan analisis terhadap transkripsi teks ruwatan yang dipentaskan oleh dalang Ki Timbul Hadiprayitno untuk mencari pesan yang terkadung didalamnya, kemudian diperjumpakan dengan ayat 1 Yohanes 2:2 dan 1 Yohanes 4:10. Transkripsi dari pentas ruwatan Ki Timbul Hadiprayitno dipilih karena naskahnya lengkap dan sudah dibukukan. Sementara itu ayat-ayat 1 Yohanes 2:2 dan 1 Yohanes 4:10 dipilih karena hanya dua ayat inilah dalam Perjanjian Baru memuat kata ruwat. Analisis dilakukan pada kedua sisi, yaitu transkripsi ruwatan lengkap dengan mantra-mantranya dan ayat-ayat tersebut dengan menggali latar belakang teologi yang mendasari munculnya kedua ayat tersebut. Kata ruwat yang terdapat pada kedua ayat tersebut merupakan padanan kata ἱλασμός (hilasmos) dalam bahasa Yunani. Berdasarkan analisis pada kedua sisi teks tersebut, selanjutnya diperjumpakan untuk mencari kontekstualisasinya dalam gereja pada jaman sekarang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kata ruwat maupun kata ἱλασμός (hilasmos) tidak sepenuhnya mengambarkan karya Yesus bagi manusia yang dijabarkan dalam teks 1 Yohanes. Bahkan ada kontradiksi terkait kekerasan yang dilakukan Batara Guru kepada manusia apabila dibandingkan dengan kasih yang diberikan Allah kepada manusia. Dari hasil analisis ini ditemukan bahwa pemilihan kata “ruwat†untuk padanan kata hilasmos sebenarnya kurang tepat. Namun demikian ada peluang untuk memakai filosofi ruwatan dalam memperkenalkan karya penebusan Yesus berdasarkan makna hilasmos dalam teks 1 Yohanes.