Ruang Ketiga sebagai Upaya Pendidikan Kristiani bagi Generasi Z dalam Konteks Budaya Populer

Authors

  • Priskila Ditya Mediawati Universitas Kristen Duta Wacana

DOI:

https://doi.org/10.21460/aradha.2022.21.783

Keywords:

Z generation, Christian education, third place, generasi Z, pendidikan kristiani, ruang ketiga

Abstract

Abstract
This article is based on observations of Generation Z, which is currently one of the generations that are close to popular culture. The popular culture that opened this article specifically refers to the “third space ideaâ€, such as hanging out culture. The Third Room by Keith Anderson will provide an overview that will help in building Christian education, especially for generation Z who have diff erent characteristics from the previous generation. Therefore, in this paper, the author does not see popular culture as something that the church should avoid, but rather something through which the church can have the opportunity to reach generation Z. This idea is also supported by the theology of the incarnation which opens general understanding to both ministers and educators as well as congregation in the church that Christian education is not always in the church alone, but must be present in the midst of the world. In addition, the church also needs an open, critical and contextual attitude to dialogue with popular culture. The church as a faith community cannot simply apply all forms of popular culture. The church must still have an open response, but also be theologically responsible.

Abstrak
Artikel ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis terhadap generasi Z, yang pada masa kini menjadi salah satu generasi yang dekat dengan budaya populer. Budaya populer yang dimaksudkan pada tulisan ini secara spesifi k mengarah pada “ide ruang ketigaâ€, seperti budaya nongkrong. Gagasan ruang ketiga oleh Keith Anderson akan memberikan gambaran yang akan membantu dalam membangun pendidikan Kristiani terutama bagi generasi Z yang memiliki karakteristik berbeda dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, dalam tulisan ini penulis tidak melihat budaya populer sebagai hal yang harus dihindari oleh gereja, melainkan sesuatu yang melaluinya gereja bisa memiliki peluang untuk menjangkau generasi Z. Teologi inkarnasi juga menopang gagasan ini yang membuka pemahaman umum, baik kepada tenaga pelayan atau pendidik maupun jemaat di gereja, bahwa pendidikan Kristiani tidak selalu berada di gereja saja, namun justru harus hadir di tengah dunia. Di samping itu gereja juga tetap memerlukan sikap terbuka, kritis, dan kontekstual untuk berdialog dengan budaya populer. Gereja sebagai komunitas iman tidak bisa langsung menerapkan begitu saja semua bentuk budaya populer. Gereja harus tetap memiliki respon yang terbuka, namun juga bertanggung jawab secara teologis.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2022-04-30