Abs(queer)ditas Seorang Istri: Menafsir Teks Kejadian 39 Terhadap Lika-liku Seksualitas Istri Potifar Menggunakan Lensa Teologi Queer (Melampaui Identitas dan Menemukan Kemungkinan Baru)
Keywords:
Queer Theology, Genesis 39, Potiphar’s wife, sexual dynamics, biblical interpretation, gender roles, heteronormativity, patriarchyAbstract
Abstract
This article explores the narrative of Genesis 39 through the lens of Queer Theology, particularly focusing on the sexual dynamics of Potiphar's wife. Traditional interpretations often overlook the complexities of sexuality and gender embedded within this biblical story. By applying queer theological perspectives, this work re-examines the character of Potiphar's wife, not merely as a seductress but as a figure constrained by patriarchal and heteronormative structures. The analysis delves into how societal constructs of sexuality and gender influence our reading of biblical texts, advocating for a reinterpretation that recognizes the nuances of gender roles and power dynamics. This approach offers new insights into the intersections of religion, sexuality, and identity, challenging the conventional binaries and enabling a more inclusive understanding of the scripture.
Abstrak
Artikel ini mengeksplorasi narasi Kejadian 39 melalui lensa Teologi Queer, dengan fokus khusus pada dinamika seksual istri Potifar. Interpretasi tradisional sering kali mengabaikan kompleksitas seksualitas dan gender yang terkandung dalam cerita Alkitab ini. Dengan menerapkan perspektif Teologi Queer, karya ini meninjau kembali karakter istri Potifar, tidak hanya sebagai penggoda tetapi sebagai sosok yang dibatasi oleh struktur patriarki dan heteronormatif. Analisis ini menggali bagaimana konstruksi sosial seksualitas dan gender mempengaruhi pembacaan kita terhadap teks-teks Alkitab, mengadvokasi reinterpretasi yang mengakui nuansa peran gender dan dinamika kekuasaan. Pendekatan ini menawarkan wawasan baru tentang persimpangan agama, seksualitas, dan identitas, menantang biner konvensional dan memungkinkan pemahaman yang lebih inklusif tentang kitab suci.