Ketika Si Binal Menggoda Si Manis: Sebuah Reinterpretasi Ideologi Kejadian 39:1–23 dalam Menyelisik Dinamika Kekuasaan dan Kekerasan Seksual
DOI:
https://doi.org/10.21460/aradha.2023.31.1260Keywords:
power , sexual violence, patriarchy, misogyny, gender, kekuasaan, kekerasan seksual, patriarki, misoginiAbstract
Abstract
This article tries to look at the issue of sexual harassment that occurs in the text of Gen. 39:1–23. Joseph, Potiphar, and his wife are the three characters that appear in the story. However, the narrator places the first one as a figure who is in God’s presence so that his position is always favorable. There is an assumption that this story is an issue between a man and a woman only or read as a conflict of interest between a man and a man with a woman at the center. However, what actually happens is more complex. Here and there, there is
a one-sided narrative that places Potiphar’s wife as a bad girl. The space that explains the comprehensive reasons for Potiphar’s wife to carry out her systematic modus operandi is blurred. Therefore, this story will be re-read, then interpreted using the hermeneutic method of ideological criticism. The reading and interpretation of the text will be accompanied by a literature study as a form of qualitative research. Based on the data collected, the relationship between text, socio-cultural context, and power (according to biblical narrative and contemporary reality) will be examined in imprinting patriarchal ideology and misogyny that perpetuate sexual violence. The discussion of sexual violence that occurred against Joseph has also become a concern. Although in most cases men act as perpetrators, there is still the possibility of men becoming victims. However, gender bias must be avoided in order to understand the phenomenon of sexual violence holistically.
Abstrak
Artikel ini mencoba melihat persoalan tindak kekerasan seksual (sexual harassament) yang terjadi dalam teks Kej. 39:1–23. Yusuf, Potifar, dan istrinya adalah ketiga tokoh yang dimunculkan dalam kisah tersebut. Namun, narator menempatkan yang pertama itu sebagai sosok yang berada dalam penyertaan Tuhan sehingga posisinya selalu diuntungkan. Terdapat anggapan bahwa kisah ini merupakan persoalan antara laki-laki dan perempuan saja atau dibaca sebagai sebuah konflik kepentingan (interest) antara laki-laki dan laki-laki dengan keberadaan perempuan di pusarannya. Namun, yang terjadi sebenarnya justru lebih kompleks. Di sana sini terlihat narasi yang berat sebelah sehingga istri Potifar ditempatkan sebagai sosok binal belaka. Ruang yang menjelaskan alasan komprehensif istri Potifar melakukan rangkaian modus operandinya yang tersistematis menjadi kabur. Oleh karenanya, kisah ini akan dibaca ulang, lalu diinterpretasikan menggunakan metode hermeneutika kritik ideologi. Pembacaan dan tafsir terhadap teks tersebut akan dibarengi dengan studi literatur sebagai bentuk penelitian kualitatif. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, maka akan ditinjau hubungan antara teks, konteks sosio-kultural, dan kekuasaan (menurut narasi Alkitab dan realitas kiwari) dalam mematri impak ideologi patriarki dan misogini yang melanggengkan terjadinya kekerasan seksual. Pembahasan mengenai kekerasan seksual yang terjadi pada Yusuf pun turut menjadi perhatian. Meskipun pada kebanyakan kasus laki-laki berperan sebagai pelaku, tetap ada kemungkinan laki-laki menjadi korban. Betapa pun bias gender harus dihindari agar dapat memahami fenomena kekerasan seksual secara holistik.