Dekolonisasi di Asia dan Pembacaan Alkitab yang Membebaskan dalam Pandangan Kwok Pui-Lan

Authors

  • Sonny Samuel Hasiholan Universitas Kristen Duta Wacana

DOI:

https://doi.org/10.21460/aradha.2021.13.666

Keywords:

Kwok Pui-Lan, Asia, decolonization, dialogue, imagination, dekolonisasi, dialog, imajinasi

Abstract

Abstract
The history of colonialization in Asia left traditions and perspectives that were often oppressive. Minority or weak groups, often become victims. When this oppression and injustice occurs, and the oppressed group feels it is normal, it will be passed on to the next generation. Oppressive traditions and worldviews also occur in Christianity and in Bible reading. This article explores how Feminist Theologian Kwok Pui Lan tries to decolonialize Bible reading through dialogue and imagination. Kwok Pui Lan, in particular, pays attention to
the injustice that is caused by problems of race and gender. With dialogue and imagination between Bible readers and listeners in their specific contexts the gospel message will reach everyone in their existence, and make them free human beings. In the end, the Bible and the good news it carries are not only read according to strong and powerful interests, but have a variety of voices that can greet anyone.

Abstrak
Sejarah kolonialisasi di Asia meninggalkan tradisi dan cara pandang yang tidak jarang menindas. Kelompok minoritas atau yang lemah, seringkali menjadi korbannya. Ketika penindasan dan ketidakadilan ini terjadi, dan kelompok yang tertindas merasa hal itu sebagai sebuah kewajaran maka akan bertahan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Tradisi dan cara pandang yang menindas juga terjadi dalam kekristenan dan pembacaan Alkitab. Artikel ini menelusuri bagaimana Kwok Pui Lan, seorang Teolog Feminis, mencoba melakukan dekolonialisasi terhadap pembacaan Alkitab diantaranya melalui dialog dan imajinasi. Kwok
Pui Lan secara khusus memberikan perhatiannya kepada ketidakadilan yang dilatarbelakangi oleh persoalan ras dan gender. Dengan dialog dan imajinasi antara pembaca Alkitab dan pendengar dengan konteks mereka yang khas maka kabar baik dalam Alkitab akan sampai kepada setiap orang dalam keberadaan mereka, dan menjadikan mereka manusia yang merdeka. Pada akhirnya Alkitab dan kabar baik yang dibawanya tidak saja dibaca menurut kepentingan yang kuat dan berkuasa, melainkan memiliki keragaman suara yang dapat
menyapa siapa saja.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2021-12-31