Mystical Union sebagai Formasi Iman Generasi Z: Pendidikan Kristiani Berbasis Kontemplasi sebagai Sarana Pembentukan Iman yang Otentik Bagi Generasi Z di Tengah Dunia Sekuler
DOI:
https://doi.org/10.21460/aradha.2023.33.1321Keywords:
Generation Z, Religious Education, Spiritual Formation, Contemplation, Secular World, Generasi Z, Pendidikan Kristiani, Formasi Spiritual, Kontemplasi, Dunia SekulerAbstract
Abstract
This paper discusses the challenges faced by Generation Z in the context of religiosity, particularly within Christianity, and the negative perceptions held by previous generations. Generation Z, now entering adulthood, is often considered non-religious, with many identifying as agnostic or atheist. This is reflected in the rise of the "nones," individuals unaffiliated with any religion, especially in the United States. A common issue is that previous generations often assess Generation Z's spiritual life using the same standards, without understanding the changing social and cultural context, leading to unfair judgments about their spirituality. The article provides a reflective and critical note on the church's approach, which tends to emphasize doctrinal teaching over personal relationships, making its ministry less relevant to Generation Z. The church often delivers sermons and teachings without actively engaging in the lives of young people, resulting in a sense of alienation from traditional religious practices and widening the gap between Generation Z and the church. This paper proposes contemplative spiritual exercises as a solution to fostering authentic faith among Generation Z. This approach creates space for personal experiences and direct interaction with faith rather than merely adhering to doctrine. Contemplative practices allow Generation Z to experience the presence of Christ in daily life, offering a relevant way of living that supports spiritual development in an increasingly secular world.
Abstrak
Makalah ini membahas tantangan yang dihadapi Generasi Z dalam konteks religiusitas, khususnya dalam kekristenan, serta persepsi negatif dari generasi sebelumnya. Generasi Z, yang kini berada pada fase kehidupan dewasa, sering dianggap tidak religius, bahkan banyak yang mengidentifikasi diri sebagai agnostik atau ateis. Hal ini tercermin dari meningkatnya kelompok “the nones,” yaitu individu yang tidak terafiliasi dengan agama, terutama di Amerika Serikat. Permasalahan yang sering terjadi adalah sikap generasi sebelumnya sering menilai kehidupan spiritual Generasi Z dengan standar yang sama, tanpa memahami perubahan konteks sosial dan budaya yang terjadi, yang mengakibatkan pandangan yang kurang adil terhadap spiritualitas mereka. Artikel ini memberikan catatan reflektif-kritis atas pendekatan gereja yang lebih menekankan pengajaran doktrinal daripada hubungan personal, sehingga pelayanan menjadi kurang relevan bagi Generasi Z. Gereja sering kali hanya memberikan ceramah dan ajaran tanpa hadir secara nyata dalam kehidupan kaum muda. Akibatnya, generasi ini merasa teralienasi dari praktik keagamaan tradisional, yang justru memperkuat jarak antara mereka dan gereja. Artikel ini mengusulkan latihan rohani kontemplatif sebagai solusi untuk membangun iman yang otentik di kalangan Generasi Z. Pendekatan ini memberikan ruang bagi pengalaman personal dan interaksi langsung dengan iman, dibandingkan sekadar mengikuti dogma. Latihan kontemplatif ini memungkinkan Generasi Z merasakan kehadiran Kristus dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menawarkan cara hidup yang relevan dan mendukung pengembangan spiritualitas di tengah dunia yang semakin sekuler.