Pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana dalam Mengembangkan Ekonomi Rumah Tangga
DOI :
https://doi.org/10.21460/aradha.2023.33.906Mots-clés :
Disaster Risk, Household Economy, Mitigation, Resiko Bencana , Ekonomi Rumah Tangga, MitigasiRésumé
Abstract
Development programs can unwittingly give birth to new forms of vulnerability or exacerbate existing vulnerabilities, and can even result in disaster. For example, the Lapindo Brantas Inc mudflow disaster in Balongnongo Hamlet, Renokenongo Village, Porong District, Sidoarjo Regency, East Java is a blurry portrait of exploitation of natural resources that is not well controlled so that it has a systemic and widespread impact not only on the community but also business actors and other economic sectors. The purpose of this paper is to describe the risk of disasters that may occur due to uncontrolled exploitation of natural resources, which emphasizes temporary interests, to meet the demands of life or increase the household economy. Umbul Ponggok became a tourist destination that suddenly became famous, and many visitors from outside the area and even outside the island came to visit Umbul Ponggok. With the development of Umbul Ponggok, many investors came to participate in developing tourism by utilizing springs. Based on the facts on the ground, most investors do not have sufficient awareness to mainstream disaster risk reduction in their development planning policies. Worse still, the local community also took advantage of the springs by drilling the ground, simply because they saw the success of the investors. Awareness of the need to mainstream disaster risk reduction into development is very important, to reduce disaster risk. Therefore, disaster education is needed for the community, especially those close to disaster-prone areas, through community involvement and awareness as a strategic step in improving and empowering the community.
Abstrak
Program pembangunan tanpa disadari dapat melahirkan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada, bahkan bisa berakibat bencana. Sebagai contoh, bencana luapan lumpur Lapindo brantas Inc. di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur merupakan potret buram eksploitasi Sumber Daya Alam yang tidak terkontrol dengan baik sehingga berdampak sistemik dan meluas tidak hanya bagi masyarakat akan tetapi juga pelaku usaha dan sektor perekonomian yang lainnya. Tujuan penulisan ini ingin menguraikan tentang resiko bencana yang mungkin terjadi yang disebabkan karena eksploitasi Sumber Daya Alam yang tidak terkontrol, yang lebih menekankan kepentingan sesaat, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup atau peningkatan ekonomi rumah tangga. Umbul Ponggok menjadi destinasi wisata yang tiba-tiba terkenal, dan banyak pengunjung dari luar daerah bahkan luar pulau datang untuk berkunjung ke Umbul Ponggok. Dengan berkembangnya Umbul Ponggok banyak investor yang berdatangan untuk ikut mengembangkan wisata dengan memanfaatkan sumber mata air. Berdasarkan fakta di lapangan, sebagian besar investor belum memiliki kesadaran yang memadai untuk mengarusutamakan pengurangan resiko bencana dalam kebijakan perencanaan pembangunannya. Lebih parah lagi masyarakat sekitar juga ikut-ikutan memanfaatkan sumber mata air dengan mengebor tanah, semata-mata karena melihat keberhasilan para investor. Kesadaran perlunya mengarusutamakan pengurangan resiko bencana ke dalam pembangunan sangat penting, untuk mengurangi resiko bencana. Maka diperlukan pendidikan kebencanaan kepada masyarakat, terutama yang dekat dengan daerah rawan bencana, melalui keterlibatan dan kesadaran masyarakat menjadi langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memberdayakan masyarakat.