Desire of Love: Menafsir Kidung Agung 7:10–8:4
Keywords:
desire, relasi cinta, penafsiran/hermeneutik, pendidikan seksAbstract
The Song of Songs is a highly controversial book in the history of interpretation because it contains a sensual and erotic genre. For this reason, to reveal its meanings, most biblical scholars have used allegorical approach to describe a lovely relationship between God and His people. However, the allegorical approach substantially narrows down the meaning of love just as in the Pandora’s box that cannot uncovered the whole meaning of love as it should be. Through the interpretation of the Song of Songs 7:10–8:4, I endeavour to unfold an existential/real love of human in their relationshipsone to each other. Of course I do not think to ignore the literary elements in the passage. This effort aims to provide freedom for each attempt to remove the taboo veil of a real love. Love is a gift from the Love Giver, embodied in desire to love each other, so that all of the lovers have encouraged motivations to embrace each other in happiness and suffering. The desire of love is also as spirit and power of the lovers, strengthen them to walk together and transform life. Desire of love is a modifi er to change cultural stigmatization that subordinate one sex of parties in forming a romantic relationship.
Abstrak
Kitab Kidung Agung dalam sejarah penafsiran sangat kontroversial karena mengandung gaya bahasa yang sensual dan erotis. Karena itu, untuk menyingkapkan maknanya, sebagian besar para ahli menggunakan pendekatan alegoris yang menggambarkan hubungan cinta kasih antara Allah dan umat-Nya. Padahal pendekatan alegoris pada hakikatnya menyempitkan makna cinta pada kotak Pandora yang tidak bisa dengan bebas dibuka makna/isinya secara fulgar. Melalui penafsiran terhadap Kidung Agung 7:10–8:4,saya berupaya memahami cinta secara riil dalam relasi manusia yang saling mencinta. Tentu saja tidak lantas mengabaikan unsur-unsur literer yang terkandung dalam perikop tersebut. Upaya ini memberikan kebebasan bagi upaya membuka selubung tabu dari cinta secara riil. Cinta adalah anugerah dari Sang Pencinta yang mewujud dalam desire cinta satu terhadap yang lain, sehingga para pencinta memiliki motivasi yang menyemangati untuk saling merengkuh dalam kebahagiaan dan penderitaan. Desire cinta juga menjadi spirit dan kekuatan bagi para pencinta untuk berjalan bersamamelakukan transformasi bagi kehidupan. Desire cinta mendaku diri sebagai pengubah stigmatisasi budaya yang menyubordinasi salah satu pihak dalam menjalin relasi percintaan.