A matter of re-interpreting certain Biblical texts: response to Klaas Spronk
Keywords:
Nuclear family, extended family, ancestor’s veneration, pilgrimage to cemeteries, kinship or familial religionAbstract
Tanggapan Singgih terhadap Spronk dilatarbelakangi oleh pengalaman ayahnya, yang meskipun mendapat didikan Gereformeerd yang melarang penghormatan kepada orang tua yang sudah meninggal dan berziarah ke kuburan, akhirnya toh melaksanakan hal itu. Pengalaman itu menjadikan jelas bagi Singgih bahwa larangan tsb bersumber pada pemahaman Barat-modern mengenai “nuclear family”, padahal pemahaman Timur-tradisional biasanya adalah “extended family”. Jadi meskipun diwacanakan sebagai teologi, sebenarnya lebih sosiologis daripada teologis! Paham terakhir ini tersebar luas di Indonesia Timur, dan meskipun secara resmi Gereja-Gereja di wilayah itu menentang penghormatan terhadap nenek moyang, diam-diam warga gereja tetap melaksanakannya dengan membuat pertemuan 3,7, 40 malam sesudah penguburan, dan setiap Natal dan Paskah orang berbondong-bondong berziarah ke kuburan untuk berkomunikasi dengan yang telah meninggal. Penghormatan terhadap nenek moyang dapat dipertimbangkan kembali seperti usul Mery Kolimon, namun diperlukan juga sikap konfrontatif di samping konfirmatif. Pada akhirnya Singgih memeriksa teks Perjanjian Lama, dan mengusulkan agar Yesaya 41:8, 51:2 dan 63:16 digolongkan ke dalam teks-teks mengenai agama kekerabatan, dan Abraham serta Yakub, nenek moyang Israel, ditafsir sebagai nenenk moyang, yang meskipun sudah meninggal, ikut memperhatikan kemaslahatan Israel.Downloads
Download data is not yet available.