Apakah Aku Penjaga Saudaraku?: Mencari Etika Ekologis Kristiani yang Panentheistik dan Berkeadilan

Authors

DOI:

https://doi.org/10.21460/gema.2018.32.395

Keywords:

humankind, nature, panentheism, relational justice, sustainability

Abstract

Abstract

The damage caused by humankind to nature is an undebatable fact. This article challenges the discriminative attitude that has allowed humans to place ourselves apart from nature and to claim a higher dignity over nature. The belief that humankind is imago Dei who has the right to dominate nature for the sake of their interests has worsened the situation. Faced by the problems, this article proposes a panentheistic and just Christian ecological ethics. It starts from the belief that the universe is one union coherent with and in Christ, in creation, in its history, and in its continuous transformation toward the fullness of that union with and in Christ. Incarnation is not mainly God’s salvific work to save humans, but God’s ethical act embracing and being embraced by nature. In incarnation God is not only present in the world, but is also united in and for the material world in the form of an embodied human, Jesus Christ. Hence human identity is always a perichoresis within which the existence of humans and the existence of nature mutually permeate each other. Neither is ontologically higher than the other, even though each has different function, because the two are sisters/brothers. In this light, a just relationship between  humankind and nature must be worked out.   Abstrak Kerusakan alam adalah fakta tak terbantahkan. Tulisan ini mengkritisi sikap diskriminatif yang menyebabkan manusia menempatkan dirinya terpisah dari alam dan merasa memiliki derajat lebih tinggi. Pandangan tentang manusia sebagai imago Dei yang dipahami sebagai pemberian hak kepada manusia untuk mendominasi alam demi kepentingan manusia memperparah situasinya. Berhadapan dengan persoalan tersebut maka tulisan ini menawarkan etika ekologis Kristiani yang panentheistik dan berkeadilan. Alam semesta dipahami sebagai satu-kesatuan yang koheren dengan dan di dalam Kristus pada saat penciptaan, dalam perjalanan sejarahnya, dan dalam transformasinya menuju kepenuhan kemanunggalan dengan dan di dalam Kristus. Inkarnasi bukanlah terutama karya penyelamatan Allah atas manusia, melainkan tindakan etis Allah untuk merengkuh dan direngkuh oleh alam. Dalam inkarnasi Allah tidak hanya hadir di dunia, tetapi juga manunggal dengan dan bagi dunia material di dalam diri manusia yang mewujud, Yesus Kristus. Identitas manusia dengan demikian merupakan identitas perichoresis
di mana keberadaan manusia dan keberadaan alam saling merasuki satu ke dalam yang lain. Tidak ada yang derajatnya secara ontologis lebih tinggi dari yang lain, meskipun masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, karena keduanya bersaudara. Dalam terang ini, maka relasi yang berkeadilan antara manusia dan alam harus diupayakan.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

26-10-2018