“Dalumatehu Sémbanua”, Sebuah Upaya Berteologi Masyarakat Sangihe dalam Merespon Eksploitasi Lingkungan

Authors

  • Risno Tampilang Institut Agama Kristen Negeri Manado
  • Gifliyani Nayoan Institut Agama Kristen Negeri Manado

DOI:

https://doi.org/10.21460/gema.2025.101.1198

Keywords:

dalumatehu sěmbanua, exploitation, ecotheology, earth community, prophetic voice, god’s body, eksploitasi, ekoteologi, komunitas bumi, suara profetik, tubuh Tuhan

Abstract

Abtract
The aim of this research is to explore and assess the traditional ritual of “Dalumatehu Sémbanua” and compare it with the prophetic traditions found in the Old Testament. The study employed a descriptive qualitative approach, utilizing literature reviews and in-depth interviews for data collection. The findings illustrate how “Dalumatehu Sémbanua” demonstrates the cultural and spiritual responses of the Sangihe community in defending their land as a collective “home” for all living beings and as a representation of God’s body. Prayers directed to Almighty God, Gengghonalangi, through liturgical expressions, reflect the community’s plea to be liberated from all transgressions, particularly ecological sins perpetrated by both local and international mining companies. The “Dalumatehu Sémbanua” ritual not only highlights the communal identity of the Sangihe people, who possess a unique cultural heritage, but also reveals the ecotheological concept within the ritual that views Sangihe Island’s nature as a shared habitat for the earth’s community, including both human and nonhuman inhabitants. Any
exploitation of the island is seen as an act that harms God’s body. Through the “Dalumatehu Sémbanua” ritual, as a form of prophetic liturgical response, the human community is reminded and urged to change their mindset and actions towards the understanding that nature is an integral and inseparable part of the earth’s community, with God at its core.

Abstrak
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis ritual adat “Dalumatehu Sémbanua” dan mendialogkannya dengan tradisi kenabian (profetik) dalam teks Perjanjian Lama. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan jenis kajian pustaka dan interview mendalam sebagai dua cara dalam pengumpulan data. Hasil kajian memperlihatkan bagaimana “Dalumatehu Sémbanua” mencerminkan sebuah bentuk respons kultural sekaligus spiritual masyarakat Sangihe dalam memperjuangkan tanah mereka sebagai “rumah” bersama dari semua ciptaan dan tanah itu sebagai cerminan tubuh Tuhan. Doa permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Gengghonalangi yang diungkapkan secara liturgis merefleksikan rintihan umat agar dosa ekologis yang dilakukan manusia termasuk oleh korporasi tambang asing maupun lokal dapat segera berakhir. Ritual adat “Dalumatehu Sémbanua” mencerminkan tidak hanya jati diri orang Sangihe yang memiliki warisan nilai budaya yang khas dan unik, melainkan dalam ritual adat tersebut tercermin gagasan ekoteologi yang menempatkan alam
kepulauan Sangihe itu sebagai “rumah” bersama atau ruang hidup bersama bagi komunitas bumi yakni manusia, burung, ikan, tumbuh-tumbuhan dan seluruh ciptaan yang berdiam di dalamnya. Eksploitasi terhadap lingkungan alam kepulauan dapat dimaknai sebagai perbuatan melukai tubuh Tuhan. Dengan ritual “Dalumatehu Sémbanua” sebagai wujud respons liturgi profetik, manusia diingatkan untuk mengubah pola pikirnya serta tindakannya bahwa alam adalah bagian integral dan tak terpisahkan dari kehidupan komunitas bumi dan Tuhan sebagai pusatnya.

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

28-04-2025